Menurut penelitian, 80% dari orang yang berbicara di depan umum mengalami anxious. Ada yang berpendapat bahwa yang mengaku tidak merasakan panik dan lain-lain, mereka berbohong. Wkwkw. Terserah saja lah ya, namanya juga input dari orang mah suka-suka mereka jawab gimana.
Perasaan panik, tidak nyaman, deg degan, nervous, was-was ketika harus berbicara. Bagi sebagian orang, untuk berbicara tatap muka saja bisa membuat panik. Dan sebagian yang lain akan panik ketika jadi pembicara, mmoderator, MC dan lainnya. Salah satu tandanya adalah deru nafas yang semakin kencang, bicara belepotan, keringat dingin, bahkan ada yang sampai bergetar tangannya. Suara? Tentu saja.
Sebenernya apa sih penyebabnya? Perasaan dinilai. Takut dicap salah. Takut dicap bodoh. Takut tidak diterima. Akar dari kepanikan public speaking mostly ya karena itu. Wajar ga sih? Wajar banget. Secara psikologis, wajar banget manusia merasa terancam ketika ditolak. Manusia secara naluri akan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, membuatnya tidak aman, membuatnya tertekan. Kalau diterus-terusin, pesan yang ingin kita bagi ke orang lain justru tidak akan tersampaikan. Boro-boro, orang lain ga salah paham udah sukur.
Terus apa dong yang harus kita lakukan?
1. Tenangkan dulu pikiranmu. Ada banyak cara dan ini sifatnya sangat personal. Kalau aku pribadi as a muslim sudah melakukan banyak cara seperti mengatur pernafasan, senam mulut, merenung, memberi kata-kata positif semacam self talk, tapi satu-satunya cara yang cukup berpengaruh adalah shalawat. Beberapa teman menyebut bahwa membaca Al Fatihah, ta'awudz, dan ayat Kursi cukup berpengaruh.
2. Ubah fokus. Semakin fokus terhadap perasaan panik dan tidak nyaman tadi, hanya akan membuat perasaan itu semakin besar. Rubah fokus ke pesan apa yang ingin kita sampaikan.
3. Rubah mindset. Apanya yang harus dirubah?
- Ubah mindset tentang salah & benar. Dalam komunikasi, tidak ada yang namanya salah & benar. Yang ada hanyalah berbeda style dalam berkomunikasi.
- Be yourself. Kesempurnaan adalah mitos, sempurna bukanlah mereka yang tidak melakukan kesalahan. Sempurna adalah menjadi dirimu yang unik, dan teruslah belajar dan bertumbuh.
- Tidak semua orang seperti yang kita pikirkan. Kita menjudge mereka "menilai" diri kita layaknya kita menilai orang lain. Ternyata ga semua orang kayak kita loh. It's Ok to be judged. Orang berhak berlaku seperti apapun. Hak kita adalah menghargai diri kita, salah itu biasa. Namanya juga belajar.
- Don't stop! Teruslah belajar dan mengevaluasi diri. Prepare more, do outlining, dan evaluate, and practice more. Komunikasi bukan lah kalkulator yang menunjukkan hasil instan ketika pencet enter. Komunikasi adalah skill yang perlu dilatih terus menerus.
0 comments:
Posting Komentar