Menjawab Pertanyaan Kenapa Jasa Ngobrol Self Healing Ria Ditutup

Sebelumnya ane ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah percaya untuk berbagi kisah dan keluh kesah sama ane. Sebenernya butuh waktu kurang lebih 3 tahun pada akhirnya ane memaksakan diri membuka jasa ngobrol secara official. 

Entah kenapa orang tu senang ngobrol dan curcol dengan ane. Bukan akhir-akhir ini, ya sejak dari SMA (2002) or kuliah (2005). Awalnya circle kecil, lalu melebar. Sampai tahun 2019 ada senior ku di kerjaan bilang, Mba Ria tu face nya bikin orang jadi pingin nyampah, maksudnya pengen berkeluh kesah. Aku ketawa aja waktu itu. 

Ane belum mulai ngonten waktu itu. Instagram pun masih privat. Kuberanikan diri untuk ngonten di instagram, tanpa menampilkan wajah. Tujuan utama ngonten sederhana, ane kasihan kepada teman-teman yang mungkin pernah mengalami kegelisahan sama namun merasa sendirian. Itu kan rasanya ga enak banget ya. 

Mulailah ane membuat konten tentang Self Healing dan karakter golongan darah. Bukan bertujuan mencari follower, bukan kepengen terkenal, tapi agar Allah makin dikenal. Mostly konten2 ane berasal dari pengalaman pribadi yang udah bisa diambil hikmah dan rumusannya. Termasuk konten karakter golongan darah pun tujuannya cuma satu, biar kita paham bahwa tidak ada dua manusia yang sama persis. Orang lain berbeda dengan kita. Memahami hal ini setidaknya membuat kita lebih bisa menerima perbedaan sifat/watak. 

Tantangannya? Beuh subhanalloh kak. Meski ceplas ceplos, tapi saya tak pernah ada niatan menjatuhkan atau merendahkan orang lain. Sedangkan di sosmed, Subhanalloh, orang tu kadang ngomong ga dipikir. Padahal saya orangnya pemikir. 😅

Namun di sisi lain ada juga yang DM menyampaikan rasa terimakasih. Alhamdulillah, saya lebih fokus ke teman-teman yang menguatkan ini, bukan yang sebaliknya. Lambat laun makin banyak follower, dari 10 biji follower yang itu pun akun-akun ane juga, menjadi lebih dari 3rb an sekarang. 

Saya selalu anggep teman-teman yang DM itu kayak temen lama. Ga ngegap, ga berjarak, kalau bisa saya bantu, ya bantu, walaupun itu cuma hati dan telinga yang mendengarkan. Waktu itu kebetulan pekerjaan saya belum terlalu menyita waktu. Jadi saya masih sempat membalas satu-satu. Ada yang cerita kegiatannya, tentang calonnya, tentang bosnya, tentang ortunya, bisa dibilang setiap hari. Ada juga yang setiap kali overthinking, hubungin saya. 

Lama-lama kuantitas teman-teman yang cerita semakin banyak. Kebetulan ane mengurus anak sendiri, kerja, urus rumah juga, jadi mulai kelimpungan. Beberapa teman nyaranin untuk buka jasa konsultasi. Tapi jujur, saya ga nyaman kalau harus "meminta" imbalan atas jasa dengar saya. Tapi di sisi lain sudah banyak request yang ingin ngobrol. Akhirnya ane beraniin diri memasang nominal. Niatan yang pertama, agar terfilter siapa saja yang beneran butuh ngobrol dengan saya, yang kedua, sebagai kompensasi waktu`bersama anak anak yang ane korbankan. 

Fyi, saya tipe emak yang bahasa kasihnya adalah kebersamaan waktu. Jadi saya merasa mencintai anak-anak jika bisa membersamai mereka. Jadi, waktu bersama mereka menjadi prioritas utama. 

Ada beberapa teman online yang sampai berkunjung ke wa jg, karena dulu saya sempat share nomor wa di sosmed. Diantaranya janjian ngobrol, atau pembelian buku golongan darah B, ada juga yang curhat langsung. Ada lebih dari 300 nomor baru masuk. 

Akhirnya, dengan berat hati ane tutup jasa dengar yang saya buka hampir setahun terakhir ini. Ane tutup bukan karena habis diserang buzzer nya rina nose, karena ane tutup seminggu sebelum peristiwa itu terjadi. Kedua, bukan karena ane bosen atau ngap, jujur ane seneng ndengerin orang cerita. 

Tapi ada beberapa alasan, diantaranya :

  1. Rasa ga nyaman ketika minta "harga" kompensasi ternyata ga hilang2. meski bagi sebagian logika manusia itu gapapa, wajar. Tapi hati ga bisa boong. Merasa bersalah. Mendengar cerita orang, memberi nasihat dan solusi, itu bagian dari hal yang bikin ane happy. Masa ada orang lagi butuh pertolongan, malah dimintai duit? jadi kadang ada yang curhat, tetep ane tanggepin. Begitupun ketika waktu ngobrol lebih dari sesi yang sudah ditentukan. Ane suruh mereka terusin, gapapa yang penting mereka plong. 
  2. Agama adalah nasihat, keinget para kiai dan habib didatangi banyak jamaah pada curhat, mereka ga pernah minta uang sepeserpun. La siapa saiah??
  3. Alasan anak-anak. Saya ingin mereka mengurangi konsumsi HP. Prinsip ane, kalau pingin anak-anak ngurangin HP, ya mulai dari kita dulu. Biar omongan kita ga mentah.
Terus gimana dengan yang pingin curhat ke mbak Ria?
Pada prinsipnya saya ga ingin jadi morfin. Ketika teman-teman overthinking, galau, panic attack, jangan cari saya, cari Allah. Wong saya juga masih manusia. Masih butuh pertolongan juga. Kita sama kok. Sama-sama bergulat dengan ujian masing2. 

Saya tetap berbagi kisah dan pembelajaran lewat konten2. Harapannya, konten2 ane bisa menemani dan mengantarkan teman-teman agar semakin sering mengingat Allah. 

Inti dari mental health itu apa si? Komunikasi yang lancar kan? dengan siapa? dengan pencipta jiwa. kalau komunikasi jiwa macet, peredaran iman jiwa jadi tidak lancar. Mau sejuta umat kita ajak ngobrol, tetep aja ga plong. 

InsyaAllah sekali dua kali waktu, ane buka pesan kawan-kawan. Tapi untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Semampunya ane ya, kalau ada rezeki waktu dan kesehatan, serta pulsa wkwkwk.

Ga khawatir soal rezeki Mba? 
Masa masih nanya kek gitu, kayak kita ga punya Allah aja. 
“Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya”. (QS. Hud: 6)

0 comments:

Posting Komentar