Ada laki2 usia 50 thnan yang aku tonton di ted talk dia cerita, dl dia bekerja terlalu keras sampai mengabaikan keluarganya. Dia mempertanyakan ketidaknyamannya dengan istilah, apakah ini yang dinamakan tak punya worklife balance? Sampai pada usia 40 tahun dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan Bersama-sama dengan keluarganya selama kurang lebih satu tahun. Jobless. Y glundang glundung terus.
Dia mulai berfikir, work life balance harusnya work dan life itu balance. Tapi seperti apa ya? Apalagi posisinya saat ini ga punya income.
Hal yang serupa sebenarnya sering aku temui di banyak rekan kerja. Mereka bilang, ya Namanya kerja ya harus total, harus all out, sabtu mggu harus ready. Loyal. Itu baru cool. Padahal yang ngmong udah punya keluarga. Ada juga yang ngmong spt itu malah ibu.
Ada juga yang menyatakan bahwa , kerja sebagai sales atau engineer ya harus 24 jam. Ya emang gitu. Entah kenapa logika akalku ga masuk, walaupun selama lebih dari 8 tahun aku mengalami pekerjaan yang katanya cool dan keren itu. Tapi endingnya aku merasa ga bermakna, dan aku ga bertumbuh. Bahkan saat aku masi single sudah ngerasa spt itu.
Jadi apa sih work life balance itu?
Interupsi , lagi liburan, ah buka HP kantor ah, ah jawab email ah, satu ini, ah balas chat dari bos ah. Dkk Tahu ga sih bahwa kek gitu tuh berdampak lo untuk kehidupan kita.
Diadakan penelitian mengenai orang tua yang mengajak anaknya berkunjung ke museum. Orang tua yang pertama sering sering lihat hp, foto foto, dkk. Satunya less interruption
Hasil penelitian menyatakan bahwa yang less interruption memiliki momen yang lebih bermakna , kebersamaandengan anaknya. Sedangkan yang satunya merasa lebih lonely atau kesepian. Padahal ya waktu yang sama, dengan anak yang dicintainya.
Kultur di Indo yang masi banyak budaya ga enakan, juga menjadi salah satu penyebab work life balance menjadi mitos belaka. Selama hamper 8 tahun aku bekerja di bank yang jauh dari kata worklife balance, dan itu sudah menjadi hal biasa. Kalau kamu pulang teng-go malah bakal ngerasa guilty. Jadi aku pulang sampe jam 2 malem, sabtu minggu kekantor. Karena kalau di rumah isinya molor, dan lu merasa bersalah untuk berisitirahat. Takut kerjaan ga kelar, takut dbilang ga produktif. Mimpi pun mimpi ngerjain tugas kantor.
Tapi alhamdulillah aku diberi kesempatan pernah bekerja di PMA jepang. Di PMA jepang tersebut, selama kurang lebih aku belajar menata work life balance, dan itu beneran ada. Ya mungkin ada juga sih perusahaan jepang yang termasuk k golongan broken company. Yang bikin karyawannya mati karena kelelahan bekerja, atau bisa disebut dengan istilah karoshi. Kl perusahaanku waktu itu beneran menjaga biar ga kena pasal itu. Jadi meeting itu ga ada yang dadakan, selalu paling telat dua minggu sblm hari H, ada email notif. Kalau lewat dari jam kerja, mrk sll minta maaf sampe ga enak gitu. Ada juga aturan di luar jam kerja, mobile data hp kantor harus mati. Wkwkw
Lalu kurang lebih 7 bulan terakhi rini aku kerja di PMA swedia, ya walaupun PMA tapi rasa local karena bos bos gw adalah orang indo. Di hamper sama kek di bank dulu, overloadnya wow. Aku perhatiin orang-orang local bekerja tanpa ada Batasan yang jelas antara time OFF and time work. Tapi kalau orang asing, kalau lagi OFF ya dia beneran ga buka email. Salah satunya tadi siang, orang Polandia. Jujurly hampir saja aku kembali ke pola hidup yang ga sehat tadi. Dimana idup 24/7 isinya kerjaan, no time untuk berisitrahat, melakukan yang kita sukai, kek podcast baca buku, nulis blog.
Nah dari riset yang tadi udah kuceritain, dan juga observasi terhadap diriku sendiri, ada yang bisa aku simpulkan. Work life balance bukanlah mitos. Kunci utamanya ada tiga :
Time OFF , waktu untukmu beristirahat. Beberapa orang memahami ini dengan stigma yang negative, ya ga produktif. Pdahal itu salah banget. Percayalah, Ketika kamu kelelahan, produktivitas kamu justru menurun. Ada pegawe bank yang salah menulis nominal transfer harusnya 5juta menjadi 5 M karena saking kelelahannya. Itu menurunkan tingkat konsentrasi kamu.
Yang kedua adalah Disiplin. Harus ada batas yang jelas antara kamu off dan bekerja. Ini tantangan kamu sih, untuk menata hidup sehingga hasil akhirnya justru produktivitas kamu meningkat.
Yang ketiga adalah keep Focus. Ini tips aja sih dari gw kalau kalian bekerja, dimanapun, buatlah agenda dan skejul. BUatlah agenda sedetail mungkin, dan letakkan lah Agenda2 tersebut di calendar atau buku skejul. Jadi beban otak kamu ga berat berat amat buat mengingat-ingat hal hal detail.
Coba deh selama kurang lebih sebulan, insha Allah konsentrasi kamu bakal lebih prima.
Lah kak, kalau ibu rumah tangga gimana? Kan kerjaannya 24/7, no libur, no cuti. Bahkan satu waktu harus mengerjakan banyak hal sekaligus, terutama yang punya baby or balita. I know..
Tenang aja, aku tahu jadi ibu rumah tangga itu jauh lebih berat dibanding Wanita karir di luar. Beneran. Aku biasa ngmong sama temenku, sehectic hecticnya kantor, jauh lebih hectic darumah. Kadang ke kantor itu semacam hiburan. Tapi karena kita melakukannya dengan cinta, apalagi dibantu dengan niat mencari ridho Allah, Allah kasih kekuatan lebih dibanding bapak. Hehe.
Rasul saw, beliau itu sibuknya mashaAllah. Kepala negara, Menteri keuangan, Menteri pertahanan, ustadz, masih menerima wahyu, psikolog, ayah, kakek, suami, sahabat, penasehat, Menteri hukum dll. Tapi karena beliau menjalankan peran-perannya demi ridho Allah, demi dakwah, ya kekuatan Nabi juga masha Allah. Beliau istirahat Ketika sholat. Sholat beliau sangat berkualitas. Dalem dan khusyu’. Itu kunci worklife balance nabi yang semoga bisa kita tiru ya.
0 comments:
Posting Komentar