Hari masih pagi ketika tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak kukenal. Ya ada namanya sih, ya tetap aja ga kenal.
"Kak aku boleh konsul ga?"
Singkat cerita gini deh kronologi nya :
Sebut saja namanya Cinta, sudah 8 tahun bekerja di sebuah kantor konsultan Manajemen Accounting dan Finance, namun suatu ketika dia ditegur oleh klien yang tahu-tahu marah-marah. Peristiwa itu sampai membuatnya menangis dan menyerang kepercayaan dirinya sebagai seorang konsultan. Ditambah lagi bosnya pernah mengatakan bahwa Cinta kurang pandai dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan keraguan bagi para klien.
Selama itu dia berusaha bertahan bekerja di tempat tersebut, hingga mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang shipping. Karyawan di sana bisa dibilang lebih welcome, termasuk bos nya. Tapi Cinta takut karena melihat rekan-rekan di sana bekerja overtime, dan yang sholat cuma 1 & 2. harusnya kan banyak. Jam makan tida ontime, pulang telat, dan kebayang gimana susahnya cuti nantinya karena posisi Cinta adalah payment kepada vendor dan juga penagihan. Selain itu dia juga takut mengecewakan perusahaan saat ini karena dia harus menggantikan seseorang yang akan resign. Dia melihat orang tersebut sangat loyal terhadap perusahaan, dia takut kalau ga akan sebaik dia. Akhirnya dalam waktu kurang dari dua bulan, dia memutuskan keluar.
sebelum keluar, dia sudah menerima tawaran dari salah satu klien. Ga tanggung-tanggung yang menawarinya pekerjaan adalah pimpinannya. Memang mereka udah punya hubungan yang baik sebelumnya. Dan posisi yang ditawarkan juga bukan dari nol, tapi langsung SPV. Namun ada kendala juga di sini. Bawahan-bawahannya mengacuhkannya, padahal dulu mereka sudah akrab, karena Cinta pernah mengelola klien tersebut.
Karena ketidaknyamanan tersebut, Cinta akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantor lama, dimana dia sudah bekerja kurang lebih 8 tahun tersebut. Tapi tentu saja tetap ada perasaan takut.
Nah, kalau kamu jadi Cinta, ini akar masalahnya apa? Kenapa dia takut? APa yang harus dia lakukan untuk mengatasinya?
Aku akan fokus ke masalah interpersonal dulu ya, dari setiap fase pekerjaan, perhatiin deh. Cinta itu selalu ada rasa worry, rasa takut. Ya walaupun itu sebenarnya wajar karena kita manusia. Itu hak Cinta untuk merasa takut. Manusiawi.
Dan fyi ketakutan orang itu sendiri-sendiri, tergantung apa yang menurut kamu penting. Cinta ini orang yang sangat perhatian ama sekitarnya, terutama relationship dengan orang lain, ga pingin nyakitin, ga pingin ngecewain. Dan sebenernya itu akar dari ketakutan Cinta. Mostly galaunya adalah tentang relationship dengan orang lain.
Terus dia nanya :
"Cara ngatasinnya gimana Kak?"
Gini, Setiap perasaan, gelisah, takut, itu sampe kamu rasain, pasti sudah diijinkan Allah. Bener ga? Dan ga mungkin dong Allah isengin kamu. Pasti rasa itu sampai ke hatimu ada maksudnya. Pasti ada pelajarannya.
Manusia itu kan mahluk perseptif yang memiliki persepsinya sendiri-sendiri. Memiliki standard benar dan salah sendiri-sendiri.
Secara ga sadar, kita itu menuntut orang lain sesuai mau kita. Misal nih, tadi di kasus Cinta, klien yang marah-marah. Menurut dia yang salah ya Cinta. Apalagi dia lagi kalap ya kan, karena menderita kerugian misalnya. Atau bosnya yang memberi label Cinta gagal dalam berkomunikasi. Eh padahal belum tentu lo, buktinya Cinta berhasil menjalin hubungan yang baik dengan klien yang menawarinya pekerjaan.
Dan keadaan itu diperparah ketika kamu down, kamu mengiyakan cap dan labeling dari orang lain. Padahal mah ya, biarin aja mereka mau mempersepsikan kamu gimana. Haknya mereka mau menilai, kan berdasar persepsi mereka sendiri yang mana ga kenal kamu secara keseluruhan. Mereka ga benar-benar kenal kamu. Emang kalian idup bareng tinggal serumah 24 jam gitu? Ga dong
Lanjut ke pengangkatan Cinta sebagai SPV. Normalnya manusia, bawahan-bawahan Cinta memiliki ekspektasi bisa naik ke posisi tersebut. Tapi si bos memilih SPV dari eksternal. Ya ini salah satu kemungkinan persepsi aja sih. Wajar lo bawahan-bawahan itu kecewa. Mereka protes dengan cara mengacuhkan Cinta. Menurut mereka, itu sah sah saja. Kan dia hanya melihat dari sudut pandang dia doang.
Tapi ini kan perusahaan. Dari sekian banyak persepsi orang di dalamnya, harus ada aturan yang menjembatani personal problem tadi. Apa coba? Rule atau SOP perusahaan.
Begitupun di dunia dimana banyak sekail manusia di dalamnya dengan persepsinya sendiri-sendiri. Kita ga bisa loh memaksakan persepsi kita ke orang lain, dan sebaliknya. Makannya Allah buat aturan yang jelas. Yaitu Islam.
Akar masalah Cinta tadi adalah Cinta ga bisa menerima kalau ada orang marah, kecewa. Padahal mau mereka marah, suka, benci, cinta, ya itu hak mereka. Kita ga bisa merenggutnya. Kita harusnya memberikan hak tersebut ke mereka.
Fokus kita ya jalanin tugas sebaik-baiknya aja sesuai dengan rule. Rule kantor, rule Quran & Hadits tentang bermuamalah dengan sesama manusia.
Coba deh berdoa, agar dihilangkan rasa takut tersebut. Karena yang mengatur hati itu kan Allah. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ngalaa diinik. Ya kalau boleh kasih saran sih, makin dirutinin :
1. Dzikir pagi petang, sesuai sunnah, karena di dalamnya ada doa dijauhkan dari overthinking.
2. Shalawat
3. Istighfar
4. Doa agar hati orang di sekitar kita bisa ridho dg kita.
Jujur ya aku punya tiga andalan :
1. Kalau sakit (baik fisik maupun hati), ucaplah istighfar
2. Kalau mau marah, udah emosi memuncak, ta'awudz
3. Kalau mau public speaking atau menghadapi orang, aku baca shalawat biar tenang. Karena hati yang tenang, insha Allah orang di dekat kita jg tenang.
Kalau sudah tenang, insha Allah solusi dari Allah kebaca. melalui ilham di hati, kudu kesini kudu kesana, kudu gini, kudu gitu. Enak gitu memahaminya.
Jangan lupa minta skenario terbaik dan minta dikuatkan agar bisa menjalaninya dlam iman dan percaya. kami mendoakan yang terbaik juga. Amiin.
Keren banget
BalasHapus