Karyawan Vs Wirausaha, mending mana?

Obrolan sore itu terasa seru. Bukan, bukan gunjingin artis yang ga ngaruh ke hidup guwe. Obrolan kali ini tentang isu lama Maudy Ayunda yang dinyinyirin warganet +62. Intinya tuh mereka pingin bilang bahwa ah biasa aja kok dia lulus S2 Harvard. Lulusan Ivy League mah biasa masuk situ. Ga istimewa. Biasa lah kayak nada-nada orang iri. Harusnya redaksionalnya ga gitu, mestinya gini. Banyak lulusan Ivy League yang masuk ke Harvard University, salah satunya adalah Maudy Ayunda. Aih tapi judul begitu kan kurang menarik ya, jadi bumbui saja dengan penggiringan opini pribadi si content creator. Biar laris. Jajajaja. Satu fakta yang sama, namun bisa dilihat dari dua sisi berbeda bukan? Yang satu negatif, dan yang satunya positif. Elek-e kenapa yang negatif justru yang viral? Bad news is a good news. 

Obrolan berjalan ngalor ngidul mulai membicarakan tentang explore di instagram. Lanjut ke komen-komen warganet. Yang membuatku tertarik adalah tentang orang-orang yang nyinyir ke karyawan. Intinya mereka merendahkan secara gamblang, ngapain sekolah tinggi-tinggi sampai ke luar negeri kalau ujungnya kerja keras bagai quda, berangkat pagi pulang malam atau bahkan dini hari. Gaji ga seberapa dibanding dengan mereka yang wirausaha. Tinggal ongkang-ongkang kaki, dapet duit mengalir. Percayalah yang komen itu berarti belum pernah ngalamin membangun bisnis yang sebenarnya. Biasanya para pebisnis yang beneran bisnis, dan beneran tajir gak akan sampe nyinyir begitu. Kenapa? Karena tahu bahwa jadi pebisnis itu ga mudah. Simpelnya, plus minus. Gampange, sawang sinawang. 

Ga semudah itu si penjelasannya. Yuk mari kita obrolin biar kita makin bijak melihat sesuatu. Banyak hal di dunia ini sebenernya baik, namun kita melihat dari sisi yang buruk sehingga rasa-rasanya dunia memang seburuk itu untuk ditempati. 

Guwe menjadi company women sejak usia 23 tahun, bukan sebuah prestasi sumpah deh. Itu hal biasa aja. Selama bekerja, tak pernah sedikitpun hilang hasrat untuk bisnis sendiri. Jujur, guwe memulai bisnis sejak SD kelas 1. Hah? Kok bisa? 

Kelas 1 aku suka gambar orang-orangan kayak wayang gitu, terus kujual. Selain itu aku memanfaatkan kain sisa jahitan untuk membuat ikat rambut. Tentu kujual. Pasar anak-anak itu pasar yang menggiurkan btw. Kemudian aku beralih sewain buku-buku yang diberi oleh ibuku. Banyak yang balik, tapi banyak juga yang ga balik. Hahaha. Menginjak SLTP alias SMP aku mulai bisnis persewaan playstation. Yap aku diberi hadiah kalau dapet rangking 1. Dan aku mendapatkan PS. Duh masih jaman PS 1 men. Karena aku bosan, aku mulai membuka persewaan playstation. Rame cui, hingga aku menginjak bangku kuliah. Terpaksa harus kutinggalkan karena kuliah di luar kota. Justru ketika kuliah, aku vakum dari dunia perdagangan. Sempet buka bimbingan belajar dan menjadi motivator pelajar, namun karena nyokap tidak setuju, akhirnya aku memutuskan fokus ke kuliah. Maklum, guwe tahu diri cui. Kuliah masih pake duit ortu. 

Lalu aku bekerja sebagai karyawan kantoran. Ternyata jiwa nyoba-nyobaku ga pernah ilang. Aku mencoba dagang baju online. Dagang HP, ikut forex, sewain mobil, catering, dll. Sampai akhirnya resign, tapi tak satupun bisnisku yang berjalan dengan sempurna. Kalau alasan dunianya sih karena aku masih pindah-pindah rumah. Tapi menurutku karena modalku bukanlah dari uang yang halal. Setelah resign aku masih mencoba jualan ayam geprek, angkringan, dan terakhir jual jajanan di SD. Ini yang jadi sarana penyambung hidup. 

Kemudian guwe memutuskan untuk kembali menjadi company women di salah satu perusahaan asing. Tetep aku jualan gamis, jualan jilbab, dan sejenisnya. Tapi ada hal yang aku ambil pelajaran setelah itu. Mungkin karena usia sudah menginjak kepala tiga, aku mulai bisa memahami makna di setiap peristiwa, dan bisa menjawab apakah ini benar-benar yang aku inginkan? 

Sebenernya apa sih yang guwe pingin sampein ke kalian?

Cobalah banyak hal hingga tahu rasanya. Kalau kalian tahu, kalian akan lebih bijak berkomentar terhadap urusan orang lain. Ga kepo and ga buang-buang waktu ngurusin hidup orang gitu loh. Atau misal terpaksa harus komen, kalian bisa komen dari sudut pandang yang menenangkan. 

Gini ya, ternyata passionku tu bukan jualan-nya, tapi mencoba hal baru nya. Ternyata passionku tu lebih ke situ. Mengalami perasaan excited ketika bisa melewati itu. Jujur pas jualan gamis yang terakhir kali, motivasiku adalah tambahan uang, tapi aku males kalau disuruh packing2. 

Dari situ aku paham, sebenernya aku bukanlah pelaksana. Aku tipe konseptor, aku tipe pemikir. Mungkin kalian berberda. Wajar. Ada yang tipe eksekutor, pelaksana. Mereka menikmati ketika bikin rotinya, ketika packingnya. Tapi mereka ga menikmati ketika berfikir berat kek aku gini. Kata mereka, "duh omonganmu terlalu tinggi"

Percayalah dude, Allah menciptakan manusia itu beda-beda. Beda karakter. Setelah sekian lamanya, aku baru sadar, aku menikmati menjadi company women, bertemu banyak orang. Melihat hal-hal baru, bertemu dengan bos culture baru. Dan sebagainya. Menyusun plan, menyusun cerita kayak sekarang ini. 

Makannya mau karyawan atau ibu rumah tangga, mau bisnis, semua memiliki kecocokan masing-masing. Allah tak mungkin menetapkan semua manusia pada satu peran. Ga mungkin Allah menciptakan dunia dengan satu warna. Ga mungkin juga kan, hitam lebih baik dari putih. Atau sebaliknya. Semua warna baik, semua warna indah, pada perannya masing-masing. 

Mau jadi apapun kamu, semua baik asalkan tanggung jawab dan amanah, karena itu yang diperintahkan Allah. Karena fokus kita kan nyari ridho Allah. Yang tidak baik adalah kalian merendahkan satu dan yang lain. Udah kena pasal sombong tuh. Setan dulu dilaknat kan karena itu, merasa lebih baik dari Nabi Adam. Masa iya mau kaya setan? Atau justru lebih buruk? 

Yang menikmati jadi karyawan juga banyak, karena apa? Karena mereka cinta. Allah cintakan mereka di peran itu. Kalau udah cinta, walaupun kelihatannya berat, yang jalanin ringan-ringan aja tuh. Kaya dosen juga gitu kan. Dosen bisnis, ga harus buka bisnis kan? Dia menikmati mengajar nya. Ga harus prakteknya. Begitupun kalian yang lagi berbisnis, silahkan dinikmati. Yang penting... jangan UJUB.

0 comments:

Posting Komentar