Barusan aku dikirimin video instagram tentang Hukumnya Haram Main ke Candi. Belum lama ini aku ngebahas tentang video anak santri penghafal Quran, yang menutup telinga ketika mendengar musik.
Aku ga akan ngmongin tentang hukumnya, tetapi tentang reaksi netizen dengan konten tersebut. Masyarakat pada heboh, komen sana sini. Baik yang hate or love. Come on... Kalian tuh ga nyadar ya, kalau kalian sedang digiring... Ini seolah-olah Islam tuh kayak agama yang kejam, apa-apa ga boleh. Apa-apa haram. Orang jadi benci Islamnya.
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). [1]
Di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.
Orang komen ga pake mikir, ga pake tabbayyun. Ga punya ilmunya lagi. Setiap huruf yg kalian taruh di kolom komen ada hisabnya loh. Palagi kalau sampe ngebawa-bawa orang. Padahal yg mereka omongin ada dasarnya. Bukan bermaksud menyinggung pribadi kamu, atau urusan personal kamu.
Yang lebih sebel lagi, kita tuh ga nyadar kalau lagi diadu domba. Ada yang berusaha menggoreng isu perbedaan ini. Perbedaan pendapat antara satu mahdzab & yang lain itu biasa. Terutama pada hal-hal yang sifatnya khilafiyah. itu sah sah aja kali. Para ulama-ulama pemberi fatwa pun rukun tuh. Kayak Imam Syafi'i memang tegas, meyatakan mana yang haram, mana yang mana halal. Kenapa? Beliau fokus ke prinsip kehati-hatian.
Isu adu domba sudah ada sejak jaman jebod. Dulu ngadu domba antar bangsa, laku. Begitu ga laku, ganti adu domba antar agama. Adu domba antar agama mulai ga laku, sekarang, adu domba seagama tapi beda mahdzab. Emang laku banget ituh. Sesekali kalian nonton the social dillema deh, biar paham apa dampak laten dari sosmed itu.
Sebelum komen, tanya dulu kenapa haram, cari tahu. Adakah ulama lain yang berpendapat berbeda? Dasar teorinya yg mana. Perkara mereka mau ikut aliran yg mana, ya itu hak masing-masing orang. Hak asasi manusianya. Akan jadi salah kalau lu maksain ke orang lain apa yang lu percayai. Selama ga ribut di sosmed, it's fine.
Fanatik itu tidak cuma disematkan kpd mrk yang menjalankan sunnah Rasul loh, mereka yg ga nyunnah & melarang orang menjalankan sunnah, itu juga fanatik. Fanatik ke komunis. Jadi jgn bilang seseorang yang nyunnah itu berlebihan dalam beragama. Tar dibalikin loh, kamu jg berlebihan dalam "tidak menjaga sunnah agama". Karena berlebihan atau tidak, itu relatif.
Mau lu ngikutin mahdzah ini, itu, atau ga ngikutin mahdzab, bahkan lu ga beragama sekalipun, bodo amat. Yang penting jangan maksain. Udah sih ga usah share pos-pos yang mengandung hasutan apapun. Titik.
Begini ini nih yang menginisiasi aku untuk puasa sosmed, kecuali untuk keperluan upload konten. Panas cuuuiii...
Buat teman-teman yang memegang teguh sunnah Rasul, semoga Allah selalu kuatkan. Udah deh, ga usah kepancing sosmed. Benarlah prediksi Rasul, emang di akhir jaman seberat ini ujiannya. Islam yang murni justru didiskreditkan, bukan oleh orang lain. Tapi oleh saudara-saudara kita sendiri. Ga usah kepancing emosi, ambil hikmahnya saja. Mungkin mereka belum paham. Hikmah lainnya adalah orang dikasih ilham untuk mencari tahu. Kenapa ya hafidz Quran tidak mau mendegar musik? eh kali malah orang itu jadi ikut menghafal Quran. Atau mereka kepo kenapa ya ada orang melarang main ke candi? Hukumnya gimana sih?
Tetaplah kuat, Semoga Allah selalu memberi kita petunjuk dan megnuatkan kita dalam jalan iman. inget selalu, Allah tuh sayaaang bgt sama kita. Stayloved and Assalamu'alaykum Warahmatulloh Wabarakatuh..





0 comments:
Posting Komentar