Ngomongin tentang luka nih healers, ternyata jiwa manusia tuh ga bisa lepas dari luka ya. Ada banyak masalah yang membuat hidup terasa berat. Diperparah dengan rasa kesepian. Tsaah.
Saat-saat seperti itu, kita lagi butuh banget untuk dimengerti. Simpel deh, pas kalian curhat, aslinya butuh apa sih? Butuh satu orang aja yang paham bahwa kamu lagi merasa berat. Sayangnya ga semudah temen lu ngomong, "iya aku tahu kamu lagi merasa berat". Syaratnya orang itu adalah orang yg memang kamu percayai. Secara lahir dan batin.
Jadi syaratnya dua ; kamu percaya dan si dia mengerti.
Ga mudah loh dapetin orang yang kek gitu, bisa dibilang malah ga ada kali orang yg lebih memahami kamu selain diri kamu sendiri. Anehnya, ada kalanya kita ga paham tentang siapa diri kita.
Sebenernya kepada siapa sih harus percaya, gimana caranya, dan apakah hal itu bisa meringankan beban hati?
Sebelum jauh, tahu ga sih gimana asal muasal orang bisa percaya. Ngomongin tentang itu, kita harus paham dulu cara kerja otak manusia.
Cara kerja otak dalam memahami sesuatu itu punya beberapa tahap. Salah satu teori menyatakan kerja otak itu terbagi menjadi dua area : but eit, disclaimernya adalah ini tuh bukan untuk mengkotakkan ya tapi agar lebih memudahkan aja memahami nya. Dan selalu kuingatkan bahwa di ilmu psikologi tidak ada yg absolut 100%, jadi kalau ada teori yg lain itu sah.
1. kerja otak sadar, conscious mind : ada dua pekerjaan di sini, memasukkan informasi berfikir, kemudian menalarkan. Contohnya pas kita belajar biologi deh, membaca, memasukkan informasi, berfikir, kemudian menilai bahwa ini masuk akal. Otak sadar kita dibangun dari suara batin yg dikeraskan. Bayangin deh ketika kalian membaca buku dalam hati, kan seperti ada suara batin yang masuk ke otak.
2. kerja otak bawah sadar, unconscious mind : memahami & mempercayai. ini kerjaan hati bgt ya. ini dibangun dari pengalaman & pemahaman di masa lalu. Jadi orang akan mempercayai sesuatu itu harus memasukkan informasi dulu, kemudian menalarkan, mengalami. Ga bisa percaya kalau hanya tahu ilmunya tapi ga pernah ngalamin, sekedar tahu doang. Dan sebaliknya, ga bisa orang ngalamin doang tp ga tahu ilmunya.
That's why ga bisa memaksakan kepercayaan kita kepada orang lain. Karena bisa jadi ilmunya sama, qurannya sama, tapi pengalaman masing-masing orang berbeda.
Ketika manusia mempercayai suatu pihak, berarti dia telah menyerahkan urusannya kepada pihak tersebut. Analogi sederhananya gini deh :
Pulang belanja di mall naik mobil bareng nyokap. Yang nyetir tuh nyokap. Eh tiba2 nyokap ambil jalan lain, bukan jalan yg biasanya. "Ini kayaknya bukan jalan pulang deh". Mamah nyeletuk, "udah kamu tenang aja". Lu tenang aja kan? Karena percaya bahwa nyokap gak akan mencelakakanmu.
Bayangin kalau ga kenal sama drivernya. Lets say driver taksi deh, tiba tiba dia ambil jalan lain. Kan panik lu, minimal mikir, ngapain nih bapaknya? jgn jgn mo muter2in dulu biar argonya banyak. atau takut diapa apain. Terus ada yang teriak-teriak gedor pintu mobil. Panik, takut, was-was. Ya kan? Karena apa? Ga percaya.
Itu urusan sederhana, cm jalan pulang ke rumah. Gimana dengan jalan pulang kehidupan? Mempercayai adalah kebutuhan dasar. Baik percaya Tuhan atau bukan. Yang menuhankan science, berarti mempercayai orang yang bikin teori. Yang ateis, tidak percaya Tuhan, tapi aslinya percaya dengan logikanya sendiri. Jaman sekarang tuh banyak dari kita lebih percaya logika dibanding Allah. Sempet disinggung di Quran di kisahnya Nabi Nuh.
Nabi Nuh diperintahkan Allah untuk membuat kapal super besar. Banyak orang mencemooh, karena ga masuk akal. Buat apa coba? Wong musim kemarau, di atas gunung pula.
Eh kejadian dong, terjadi lah hujan terus2an sampe air meluap. Saking dahsyatnya bukit-bukit pun tenggelam. Di saat itu, Nabi Nuh mengajak anaknya untuk ikut naik ke kapal. Tapi anaknya menolak, dia memilih lari ke puncak gunung. Finally, anaknya jg tenggelam. Itu gambaran bergantung ke logika sendiri vs bergantung ke Allah. Anaknya merupakan gambaran dari orang2 yang menggantungkan solusi ke logika sendiri. Sedangkan Nabi Nuh, percaya Ke-Maha Kuasaan Allah, meski perintah membuat kapal tidak masuk akal. Ga logis.
Pertanyaannya, seberapa pinter sih akal logika manusia? Einstein aja bilang, kl ikan disuruh manjat pohon pun ga akan sanggup. Itu einstein loh. emang kita siape? rangking 10 besar aja udah sukur. IPK pas pas an. Aslinya logika manusia itu terbatas, sebatas apa yang dia lihat & dengar doang. Emang ada gitu, yg bisa tahu seluruh dunia, alam semesta dan seisinya, kecuali Allah?
Next question is how do we trust Allah. Insha Allah di next pos yah
0 comments:
Posting Komentar