Biar Ga Sakit Hati Dengan Komentar Netizen

Apa cuma aku yang berfikir bahwa tiktok lebih efektif dibanding instagram? Opini ini tidak bisa dipukul rata sih. Buat creator abal-abal semacam ane gini, berat banget saingan di instagram. Apalagi konten-konten self development yang sudah sangat berjibun. Aku punya konten tentang karakter golongan darah yang merupakan hasil research sejak 2011 silam. Tapi reach-nya pun ketjiiil. Kalah saing sama akun gosip di jajaran explore page. Mungkin ini ga berlaku buat kalian para salepgeram atau orang-orang yang punya komunitas di belakang layar.

Aku bikin akun tiktok tahun 2019 (kalau ga salah). Sampe sekarang views mentok di ratusan, itu juga cuma satu video yang ga banget hahaha. Bukan konten yang aku harapkan. Kemudian vakum sekian lama, bahkan sempet uninstal. Kemarin ga tau lagi kesambet apa, bikin dah tuh video Beda Goldar B vs O kalau ditanya. Lucunya tiga jam pertama viewsnya masih nol. Eh selang 1,5 hari udah sampe ratusan ribu views. Follower organik yang tadinya 2 biji, sekarang di atas 1.000. Wew...  Sungguh tak disangka. Pikirnya, bakal seneng, tapi ternyata justru aku ngeri sendiri. Pas buka komen, udah seribuan komen. Hah auto tutup komen kembali. Banyak bat. Ga sanggup kalau kudu perhatiin satu-satu. Bukan hanya itu, user tiktok dan instagram kan karakternya beda. Pengguna tiktok itu beragam banget bahkan dari yang para ababil (abegeh labil), anak balita, sampai orang lanjut usia. Kebayang kan kalau para bayi-bayi pada komen. Belajar adab juga belum, udah main komen. Kan bisa kena mental. 

Aku cuma inget komen yang terparah di situ adalah "ngarang lu!". Fyi komen kek gitu masih sangat manusiawi di tiktok. Aku lihat banyak komen lebih kejam di akun-akun yang lain. Oh men... kenapa hati ini lemah sekali ya. 

Gini, aku adalah orang yang observasi lama sebelum merumuskan prinsip yang aku percayai. Ga bisa langsung menerima apa kata orang atau media. Begitupun tentang konten-konten goldar. Itu butuh perenungan, butuh darah dan tangis, butuh kesabaran. Aku mempercayai goldar itu ngaruh, walaupun tidak 100%. Itu termasuk ke golongan kepribadian dari genetik atau warisan. Selain itu karena Rasul SAW pernah sampaikan bahwa ada segumpal daging, jikalau itu baik maka baik seluruh tubuh, dan daging itu adalah qalb (kalbu). Di situ kan ketauan bahwa antara kepribadian dan tubuh tidaklah terpisah. Mereka terkait satu sama lain. Nah kalau ada yang komen jahap, judging, jujur seperti menyerang apa yang aku percaya. Rasanya apa yang kulakukan dan kukorbankan selama ini adalah penipuan. Kaya gitu rasanya. Mungkin sensi doang ya. Cukup sakit sih. 

Sampai pada suatu titik, aku mikir gini, "ooh mungkin karena mereka belum paham aja kali ya". Bener juga sih. Mereka tidak memahami seperti apa yang kupahami. Mereka tidak membaca apa yang aku baca. Mereka tidak melakukan observasi seperti apa yang aku observe. Mereka tidak mengalami apa yang aku alami. Pada akhirnya, oh ya wajar mereka begitu. Yang mereka omongin bukan aku, tapi diri mereka sendiri atau orang yang selama ini ditemui. Bisa jadi mereka tipe yang ngekonten ngasal. Ga pake riset. Jadi mereka anggap aku sama dengan mereka. Wkwkwk. Menghibur diri mode on.

Kalau kondisi lagi baik, inshaAllah tenang. Tapi ada kala akal ga bisa disuruh bekerja optimal. Tetap dirasain. Menurutku, ketenangan itu kunci biar bisa logis. Satu-satunya cara biar dapet ketenangan ya dzikir. Berat banget sih emang. Tapi sekali skip, biasanya jadi gampang uring-uringan. 

Coba deh...

Hal lain adalah, Allah & Rasul SAW aja diolok-olok, apalah kita cui.. Yang cuma memberikan konten dari perspektif kita sendiri. Udah lah terima saja. Wkwkwkw

0 comments:

Posting Komentar