Privilige Dalam Islam

Beberapa waktu lalu kita (agak) dikejutkan dengan kelulusan Maudy Ayunda dari Stanford University. Sebenarnya sih ga terkejut kejut banget, scara publik dah pada tahu, dia merupakan salah satu inspirator Pendidikan yang kecanduan belajar. 

Banyak yang mengucapkan selamat. Namun jangan shock, bahwa akan selalu ada yang nyinyir. Sudah dari sononya sifat dunia kayak gitu. Salah satu komen nyinyir mereka adalah "ga heran lah, dia punya privilige yang kita ga punya", "lulusan SMA British International School Jakarta mah banyak kali yang sekolah di Luar Negeri". Itu yang mereka bilang privilige. Privilige adalah keuntungan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang karena posisi yang dimiliki atau kekayaan yang dimilikinya. 

Privilige itu kan banyak macamnya yah, let's say di bidang lain ada Nia Ramadhani yang kita tahu jadi istri orang tajir di Indonesia. Pasti ada yang bilang, "Ya wajar lah, Nia kan cantik". Ga salah sih, tapi ya ga 100% bener. Misal kepribadian bak dewi tapi ga good looking, ya mereka mikir-mikir juga hahaha. 

Masih banyak hal-hal yang mereka miliki sejak lahir, yang kita ga punyai. Ini yang bakal kita obrolin, privilige, dan bagaimana Islam memandangnya.

Allah SWT berfirman :

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.

[Quran Surat Al An'am 6:165]

Memang benar sifat dunia tidak akan terlepas dari privilige. Ternyata tujuan Allah dengan adanya privilige, bukan agar kita berputus asa, atau ngeles kesana kemari, terfokus pada sisi negatif. No! Alih-alih fokus kepada apa yang tidak kita miliki sehingga kita memilih tenggelam, namun fokuslah kepada apa yang kita punya dan memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya. Kan ujiannya disitu. Maksudnya apakah kita tetap bersyukur dan menjadikan rasa syukur kita itu untuk bergerak, atau justru sebaliknya.

Ini ibarat bola salju, apa yang kamu gedein, bakal menenggelamkanmu. Rasa syukur, atau pembenaran akan kemalasan kita. Iya memang, secara logika manusia kita tidak mungkin menyamai posisi Maudy Ayunda. Kalau bergantungnya ke kemampuan kita doang, bergantung kepada privilige pribadi, ya emang ga mungkin sih. Lha kan kita realistis yak. 

But wait, jangan sedih..Kita kan punya Allah. Satu-satunya tempat bergantung. Tidak perlu takut bermimpi dan berdoa. Ga ada ruginya kok. Allah akan memberikan kita jalan keluar yang tidak masuk logika, inget di ayat ini, bahwa :

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia mencukupinya.

[Quran Surat At Talaq 65:2-3]

Nah sekarang dibalikin lagi ke kalian masing-masing, privilige tersebut mau kita pakai untuk pembenaran untuk jatuh, atau justru membuat kita semakin kuat dalam berdoa dan bertaqwa? Kan tadi Allah bilang, mereka yang akan dicukupkan adalah yang bertaqwa. 

Fokuslah kepada apa yang kita punya, bukan fokus kepada yang tidak kita punya. So, it's up to you.  

0 comments:

Posting Komentar