Bermula dari kegalauan untuk kuliah di Psikologi Umum atau Psikologi Islam, akhirnya saya riset perbedaan keduanya. Maklum sebagai orang yang keras kepala, saya berprinsip Psikologi adalah ilmu jiwa, ilmu kepribadian. Tidak ada yang lebih tahu diri saya sendiri, kecuali saya. Meskipun Phd Psikologi sekalipun. Dia tidak lebih mengerti. Tidak berhenti disitu, saya pun mengakui, tidak ada yang lebih tahu diri saya, kecuali Allah. Itulah kenapa saya meletakkan pilihan ke Psikologi Islam. Eh tapi begitu masuk di dalamnya, hwow... Masha Allah.. semuanya nampak jelas. Yuk, kita bahas pelan-pelan.
Hal yang paling utama adalah memahami bahwa landasan teori yang digunakan Psikologi Islam sangat berbeda dengan Psikologi Barat. Apa saja? Secara garis besar ini :
1. Islam memperhitungkan aspek unseen yaitu roh atau spirit. Sedangkan teori Psikologi Barat tidak memperhitungkan hal ini, bahkan dianggap menganggu objektivitas penelitian. Psikologi Barat lebih memperhitungkan hal-hal yang nampak dari luar.
2. Islam menganggap bahwa manusia terlahir atas fitrah yang baik, berbeda dengan beberapa teori Psikoanalisis bahwa manusia terlahir dalam kondisi rusak, dan kita harus bekerja keras untuk memperbaikinya.
3. Psikologi Barat banyak melakukan pengujian terhadap binatang-binatang yang kemudian menjadikan hasil pengujian tersebut sebagai landasan teori untuk Psikologi manusia. Islam tidak selaras dengan pemahaman ini karena Quran menyebut bahwa manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari hewan/binatang. Akal hanya dimiliki manusia yang menjadikannya lebih tinggi kedudukannya dibanding mahluk lain.
Secara garis besar entitas penyusun Psikologi manusia adalah sebagai berikut :
1. Ruh. Ruh atau spirit adalah entitas yang membuat manusia itu hidup. Allah-lah yang memegang ruh manusia.
2. Akal. Dengan akal inilah manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Nafs. Nafsu manusia ini akan mendorong ke hal-hal yang bersifat pemenuhan ego pribadi.
4. Qalb. Kalbu atau hati menggerakkan manusia ke hal-hal yang mendekatkan kita ke Allah. Hal yang suci.
5. Free will atau kehendak. Bahasa gaulnya adalah "pilihan". Pilihan inilah yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Contoh kasus :
Fulan menemukan uang di tengah jalan. Akal kemudian bekerja. Hal yang baik adalah mengembalikan uang tersebut ke empunya. Ketika uang tersebut digunakan sendiri, maka itu adalah perbuatan yang tidak baik.
Di saat ini lah terjadi perang batin, nafsu menyuruh Fulan agar menggunakan uang itu saja. Toh dia juga butuh, kali aja ini adalah rejeki nomplok. Sedangkan kalbu memberikan bisikan untuk mengembalikan uang tersebut ke pemiliknya. Pada akhirnya Fulanlah yang menentukan mau mengikuti nafsu atau kalbu. Di sinilah peran dari "free will" atau pilihan.
Kelima entitas tadi termaktub dalam ayat Quran. Sayang sekali saat ini belum bisa saya lampirkan.
Ada pembahasan menarik tentang manusia dan artificial intellegence. Ilmuwan berlomba-lomba membuat sosok yang memiliki kecerdasan seperti manusia. Bisakah?
0 comments:
Posting Komentar