Solusi Semua Masalah Dunia

Tadi siang saya menerima panggilan telepon dari seseorang. Beliau adalah debitur (nasabah kredit) saya ketika masih bekerja di Bank. Dulu, ya dulu.

Meskipun sudah resign, beberapa nasabah tetap telepon dan menjalin komunikasi hingga sekarang. Apalagi beliau. Usianya tidaklah mudah, wanita tangguh berusia sekitar 60 tahunan. Sangat royal dan berperasaan sekali.

Ketika menjadi pengelola kredit, saya termasuk orang yang galak dan pelit. Bahkan saya tidak segan menolak permohonan kredit seseorang. Pernah ngomelin debitur gegara ngelakuin hal yang berisiko terhadap bisnis mereka sendiri. Buat saya, kenyamanan itu paling utama. Saya tidak akan mengusulkan kredit untuk nasabah yang tidak capable hanya untuk meraih target tahunan. Kenapa? Repot cin kalau sampai kenapa-kenapa. Nyairin kreditnya seminggu, kalau sampe macet, ngurusinnya bisa bertahun-tahun. Toh rezeki ga kemana. Dulu si sebelum belajar tentang konsep rezeki dan riba yang benar.

Kalau boleh cerita, ibu itu sebelumnya tidak punya kredit usaha. Saya lah yang membuatnya terjerembap dalam kubangan riba. Ga cuma sekali, tapi kedua kali ke sana, di tahun yang berbeda beliau baru menerima tawaran riba. Kebetulan beliau ingin ekspansi usaha. Orangnya cukup humble, sudah seperti ibu sendiri. Orangnya polos, oleh sebab itu beliau selalu berdiskusi sebelum melakukan langkah untuk bisnisnya. Saat itu saya bak financial advisor. 

Cuma sekali dia melewatkan sesuatu, tidak cerita kepada saya. Pada akhirnya terlanjur nyemplung di lini bisnis baru. Kemudian dia baru cerita. Sempat shock juga sih, tapi waktu ga bisa diputer balik. Tidak sampai dua tahun, bisnisnya pelan-pelan hancur dan merenggut asset-assetnya. Rumah, toko, bahkan mobil pribadi. Ya Allah... Di depan mata saya. Saya tahu persis bisnisnya lancar-lancar saja sebelum dapat riba, kemudian pelan tapi pasti dimusnahkan. Padahal beliau itu tekun dan baik dalam beragama. 

Akhirnya saya paham, itulah kasih sayang Allah yang tidak rela hamba kesayangannya terlalu lama menikmati harta dari hasil riba.

Jujur di lubuk hati terdalam saya ga tega ngeliat beliau nangis pas pamitan. Tahun 2017 saya pamit kepada beliau, tidak menjadi pengelola kredit beliau lagi. Saya sudah ajukan resign dan akan kembali ke lokasi asal, kurang lebih 8 jam dari sana. 

Saya tau kekhawatiran beliau, karena orangnya ga mudah percaya tapi sekalinya percaya ya gitu lah. Nanti kalau ada masalah dengan kredit beliau gimana. Padahal sekarang kondisi beliau butuh support lebih. Saya langsung bilang, Bu, jangan sungkan. Njengan bisa telepon saya kalau ada masalah atau ada hal-hal terkait dengan kredit ibu. 

Ya mungkin sebagian orang bakal bilang, "ih ngapain sih?" kan udah bukan tanggung jawab gitu. Bener secara rule dan logika seperti itu. Tapi saya ga sampai hati. 

Pernah dia telepon sambil nangis-nangis saking ga tahu harus gimana lagi ngadepin teror riba. Belum lagi persoalan internal perusahaan yang terkena penipuan dari rekan bisnisnya. Belum lagi soal internal. Benarlah Allah tahu banget kalau beliau sanggup melewatinya. 

Karena saya lebih dulu nyemplung di tempat pencucian setelah tobat, saya cuma bisa kasih saran untuk sholat tepat waktu, kalau bisa puasa, istighfar, sholawat. Intinya serahin semua sama ALLAH. Dalam hati cobalah akui, "Ya Allah, saya menyerah.."

Kabar bahagia itu beliau sampaikan tadi siang. Setelah berserah, semua terasa enteng meskipun solusi belum terlihat. Tapi beliau tetap berusaha mendekat sama Allah. Saya tidak seberapa dibanding beliau, tapi kami sama-sama berniat yang sama. LEPASIN RIBA. 

Beliau sampaikan keadaan mulai membaik, sudah ada titik terang. Terus terang saya ikut plong dengernya. Saya cuma bilang, ya seperti yang kita bicarakan dahulu bahwa setelah menyerahkan semua ke Alloh, ga berapa lama insyaAllah akan ada titik terang. Allah akan kembalikan kita ke keadaan sebelumnya, bahkan akan dilebihkan.

Filosofi WIFI 

Ketika kita jauh dari sumber Wi-Fi, mau cari solusi cara masak mendoan aja susah. Sinyal poor ga bisa browsing. Mau jungkir balik kanan kiri glundang glundung.

Tapi ketika kita mendekat ke sumber Wi-Fi, mau cari how to apa aja insyaAllah ada. Tinggal OK Google. Muncul solusi. Keliatan titik terang. Brightside.

Seperti itulah kita, sudah semestinya mendekati sumber sinyal solusi, yaitu Allah. Jadi semua masalah solusinya akan keliatan ketika kita semakin mendekati Allah. 

Yang belum keliatan solusi, atau ada solusi, namun rasanya maksain, mungkin kita masih harus mendekat kepada Allah.

Semoga memabantu. Apapun masalahnya, mintalah kekuatan sama Allah agar bersabar hingga solusi itu keliatan. Stayloved and Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

 

0 comments:

Posting Komentar