Om Seligman sebagai Bapak Psikologi Positif pernah melakukan percobaan, intinya gini nih. Ada dua kelompok, anjing pertama dan kedua. Keduanya dapat perlakuan yang sama, kejutan listrik. Wait sebelum kalian protes, iya benar bahwa dalam Psikologi Islam tidak boleh melakukan percobaan terhadap hewan atau manusia yang bisa menimbulkan rasa tertekan. Tapi kan si Om bukan muslim. Ga semua muslim juga paham akan klausul ini.
Lanjut yah. Kelompok pertama ditempatkan pada sebuah kotak dimana si anjing tidak berdaya dalam menghentikan kejutan listrik tersebut. Sebut saja inescapable shock. Sedangkan kelompok yang lainnya ditempatkan di sebuah box tapi diberi kesempatan untuk melompat karena box tersebut tidak terlalu tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anjing escape shock mampu belajar untuk melarikan diri. Sedangkan anjing yang berada di inescapable shock awalnya mencari jalan melarikan diri dan ternyata tidak ada. Kemudian mereka berhenti mencoba dan hanya meringik kesakitan. Learning helplessness.
Oh tenang, kelompok inescapable shock tadi yang udah putus asa akhirnya diterapi. Dengan cara apa? Ditarik terlebih dahulu dari lokasi percobaan dan dipindahkan ke box lain. Box lain itu adalah box escapable shock. Kemudian si anjing-anjing yang sudah terlanjur ngerasa putus asa tadi, dipaksa untuk menyelamatkan diri. Tadaaa..... itu cara instal ulang katanya.
Begitupun yang terjadi dengan manusia. Makin banyaknya peristiwa-peristiwa traumatis dalam hidupnya, apalagi disertai rasa tidak berdaya, kemudian muncul keputusasaan menyebabkan feeling helplessness tadi. Yang kemudian akan berdampak pada sikapnya di masa depan dalam menghadapi masalah. Ngerasa pasif, ngerasa tidak pantas, ngerasa tidak ngerti caranya mengurangi rasa ga nyaman itu. Itu kek bola salju tahu. Bakal bikin tubuh mengalami gejala-gejala stress dan kemudian bisa mencapai ke sakit mental.
Cara mencegahnya? Allah sudah kasih kita obatnya di dalam AL Quran dan Hadits loh.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 286)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar {39} : 53-54).
Sekali lagi science membuktikan kebenaran firman Allah. Tentang keyakinan bahwa kita bisa melewati ujian, tentang harapan, kekuatan diri yang tentu merupakan "pinjaman dari Allah", dan keyakinan bahwa kek kesulitan ini tuh sebentar saja. Karena setiap kesulitan pasti sepaket sama hadiah kebaikannya.
Allah tahu betul efek rasa putus asa dalam tubuh manusia. Baik secara fisiologis maupun psikologis. Kita diyakinkan oleh Allah bahwa kita tuh punya kendali loh atas diri kita. Loh bukannya takdir itu sudah ditentukan? Nah ini pembahasan yang cukup menarik. Semoga dikasih kesempatan untuk membuat artikel tentang hal itu, insyaAllah akan membuat kita lebih tenang dan yakin karena ini logic banget sih penjelasannya.
0 comments:
Posting Komentar