Buat Para Ibu yang Anak-anaknya Dibandingin

Sudah seperti kewajiban ya untuk ngebandingin diri kita dengan orang lain. Atau orang lain dengan kita? Ketika menginjak usia 30 tahun, manusia sudah mulai bisa handle perasaan-perasaan efek dari comparing. Korban perbandingan orang. Tapi... ketika itu menyangkut anak yang dibanding-bandingin kadang suka kesel dan makan sendal ga sih?

Ya begitulah... Sebagai introspeksi diri aja, digituin tuh ga enak. Apalagi yang anaknya memang memiliki kekurangan di satu sisi dan dibandingin sama mereka. Padahal pasti anak-anak kita pun memiliki kelebihan di sisi yang lain dibandingin anak mereka. Toxic isn't it?

Anak bukanlah orang lain buat ibunya, bahkan ketika sakit, si ibu merasakan sakit yang lebih daripada si anak sendiri. Ada perasaan tidak rela. Selain itu ketika dibanding-bandingin apalagi disindir misal usia anak sudah 3 tahun kenapa belum bisa bicara. Anakku sudah bisa ngomong cas cis cus. Dan beragam komentar kecut lainnya. Ga enaknya karena mengandung unsur berikut :

1. Comparing

Sudah tahu dong gimana rasanya dibandingin ama orang lain? Apalagi anak sendiri dibandingin ama anak tetangga yang notabene (seolah) lebih pinter. Rasain sendiri lah kalau gitu.

2. Judging

Ada yang terang-terangan ngomong, pasti jarang diajak ngomong ya pas kecil. Pasti kebanyakan nonton HP. Pasti ini anu eno.. Seolah dia emaknya. Bener apa bener?

3. Sotoy

Belum lagi ketika ada terusannya, ga pernah diterapi apa Bu? Coba dibawa sini sono sene. Seolah si komentator menemani 24 jam. Seolah si ibuknya ga pernah berusaha dan diem diem bae do nothing. Ulala banget kan toxic circle kek gitu. Seolah kasih nasehat tapi judging kek "ah kamu gagal jadi ibu!".

Padahal ibunya adalah manusia yang paling ngerasain sakit ketika anaknya sakit. Manusia yang paling rela mengorbankan nyawanya demi kebaikan anaknya. Sebelum para komentator kehidupan itu komen, pasti si ibu itu udah berdoa, berikhtiar yang mereka mampu. Bantuin kagak, bikin down iya. Dengan segala dalih kasih nasehat atau apa yang tidak pada tempatnya. Mbok ya nanya dulu, ijinkan berbicara si ibu ibu ini. Mereka pun lelah. Kalau ada orang yang paling menderita ketika anaknya belum seperti anak-anak kalian, itu adalah dia. Jangan ditambah menderita dengan komentar sok baik itu.

Barangsiapa ga bisa ngomong baik, mending diem. Sudah pernah denger haditsnya?

Buat para ibu-ibu yang mengalami seperti itu, bismillah... dan istighfar aja karena ditemuin ama ujian setan kek gitu. Mungkin ini ujian. 

Gimanapun.. saya percaya ibu sudah melakukan yang terbaik untuk anak anak. Saya menghargai itu. Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan. Pasti kita bisa menghadapi ini. Pasti!!

Anak-anak kita adalah amanah dari Allah, kita dititipi malaikat kecil nan lucu ini.. yang memberikan cahaya dalam hidup. Mereka adalah anak-anak kita.. mereka bisa nerima kita apa adanya. Kenapa kita tidak? Secara ga sadar menuntut mereka seperti anak-anak lain? Kalau bukan kita yang menerima mereka dengan segala kekurangannya, siapa lagi? InsyaAllah kita bisa. Menerima anak-anak kita, gimanapun keadaannya.

0 comments:

Posting Komentar