Pernah dengar hadits ini ga?
“Bila engkau bersikap jujur kepada Allah maka dia akan mewujudkan keinginanmu” (HR. An-Nasa’i) [1].
Pertanyaan selanjutnya, bersikap jujur ke Allah itu seperti apa si?
Ada seorang suami, dia pernah cerita ke istrinya. "Aku ga pingin menjadi ayah yang ditakuti oleh anaknya. Hubunganku dengan ayahku dulu tidak begitu baik, kami tidak dekat."
Namun sikapnya tidak sesuai dengan apa yang ada di lisannya. Setiap hari marah-marahin anaknya, dia tidak mau mencari tahu duduk perkara yang sebenernya. Tau-tau marah aja.
Akibatnya apa? Sang anak menjadi takut ke ayahnya. Bukan salah anak juga sih. Anak itu hanya bereaksi atas sikap yang dia dapatkan.
Kita bisa lihat, keinginan si ayah untuk menjadi ayah yang tidak ditakuti oleh anaknya, tidaklah jujur. Kenapa? karena ga sinkron antara hati, lisan, dan perbuatannya. Jujur itu sinkron antara kesemuanya. Jadi jangan kaget ketika keinginan si ayah hanya menjadi ilusi semata. Dia tidak berusaha untuk mewujudkan keinginannya. Tidak berusaha mewujudkan doanya.
Memang seperti itu jadi orang tua, harus sabar. Kadang pingin langsung marah, tapi kita tunda dulu dalam bereaksi. Kita mencari tahu dulu, kenapa ya anakku begini. Kenapa ya anakku ngelakuin itu. Ga main tuduh gitu aja.
Dunia anak adalah dunia yang sarat dengan makna tersirat, ga semua bisa diucapin oleh anak-anak. Logika bahasa mereka belum sampai. Akan ada waktunya nanti.
Sebelum menyalahkan Allah atas keinginan-keinginan kita yang belum tercapai, ada baiknya kita berkaca. Apakah aku telah jujur dengan keinginan dan doa-doaku selama ini?
Wahai Allâh! Aku meminta kepadamu keteguhan dalam segala perkara, kesungguhan dalam petunjuk. Aku memohon kepada-Mu segala yang bisa mendatangkan rahmat-Mu, segala yang bisa mengundang ampunan-Mu! Aku memohon kepadamu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah yang bagus. Aku juga memohon hati yang selamat dan lisan yang jujur. Aku juga memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang engkau ketahui. Aku meminta ampunan kepada-Mu atas dosa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau adalah maha mengetahui perkara-perkara ghaib (HR. At-Thabrani).[2]
0 comments:
Posting Komentar