Ada Setelah Tiada

Malam itu pertama kali aku melihat wanita setengah baya ini. Sepertinya usia kami sepantaran. Dia tidak seperti wanita kebanyakan di daerah ini, dia memakai bahasa indonesia untuk berkomunikasi denganku. Hal yang tak lazim kutemukan. Yap, seperti menemukan teman satu server, setidaknya bagiku. 

Dia memiliki anak yang seusia dengan anakku yang kedua, mungkin sekitar 4-5 tahun. Hal yang membuatku kagum adalah cara dia melayani sang suami. Membuatkannya kopi, dan menjamunya. Meskipun warung makannya sedang ramai di kala itu. Bukan itu saja, anaknya pun nampak dekat dengannya. Tak butuh waktu lama untukku menyimpulkan kedudukannya cukup penting di dalam keluarga. 

Suatu hari, ada banyak cucian piring di warungnya. Jujur, aku mencari-cari kemana si embak. Wanita yang jadi tokoh utama di pos ku kali ini. Tak kulihat batang hidungnya. Suaminya ada di situ. Ngobrol ringan dengan suamiku. Demi melihat banyaknya piring kotor di tempat cuci piring, suamiku nyeletuk, "Open magang cuci piring ga?"

Suami si embak ketawa, "Hahaha, udah biarin aja. Itu tugas si istri, emang kadang males-malesan orangnya"

Batinku, what??!!! masa??? elunya aja kali ga tahu betapa melelahkannya ngejaga warung sekaligus ngeladenin elu, plus ndidik anak. Spontan batinku tak terima. Tapi ya sudahlah ya, wong si istrinya aja ga protes. Tak pernah sekalipun aku melihat dia terlihat bete. Coba guwe, kalau dah bete, males nyiapin ini itu. Ga bete aja aslinya ogah bergumul dengan hal teknis operasional begitu. Kalau lagi bolong aja. Kenapa jadi ngomongin guwe ye. 

Melihat kejadian itu semakin menguatkan hipotesis mengenai posisi si embak di rumahnya. Dia orang penting. Tanpa dia, kacau dunia persilatan. 

Sekian lama aku tak kesana, pagi ini suamiku menerima panggilan telepon. Beberapa menit setelah menutup telepon, suami menghampiriku yang lagi sibuk sendiri. 

"Istrinya si *** meninggal dunia", katanya.

"Hah??!!!", responku. Bukan aku tak mendengar apa perkataannya, tapi aku kaget. 

Auto kepikiran anaknya yang masih kecil. Gimana deketnya dia sama ibunya, gimana si suami yang selama ini ditopang oleh istrinya itu. Ah ga perlu mikirin suaminya lah ya, kan udah gede. 

"Kapan meninggalnya? Kenapa?", seperti peluru dari pistol AK47 memberondong.

"Kemarin, karena kecelakaan pas di jalan turun".

Lokasi warungnya emang berada di gunung, sekitar 1800 mdpl. Ada beberapa titik rawan kecelakaan di sana. Hm.. 

Semoga almarhumah khusnul khotimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan iman. Amiin. 

Banyak suami mengabaikan keberadaan istri, karena tugas nya yang nampak sepele. Padahal yang sepele-sepele itu kadang menguras energi, air mata, dan pikiran. 

Kadang, kehadiran istri baru dirasakan setelah tiada. 

0 comments:

Posting Komentar