Ngomongin tentang era informasi dan sosmed macam sekarang, tentu ga bisa lepas dari yang namanya berantem. Cuma berantemnya pindah ke sosmed, eh bener ga bener ga? Contoh sederhana deh, ketika kita ungkapin opini atau teori kita di Youtube, di instagram, atau di mana aja deh. Kan ada yang pro dan ada yang kontra. Sebenernya ya wajar atuh. Tapi jadi ga wajar karena orang-orang yang beda pendapat merasa diserang, kemudian mereka balas dengan komen-komen yang endingnya malah nyerang personal si content creator. Kalau untuk memberi tahu pendapat yang lain mah sah sah aja. Namanya ilmu yang berhubungan dengan manusia, non eksak, ya pasti akan selalu ada perbedaan teori.
eit jangan salah, fyi mantan pegawenya facebook bilang kalau facebook memang sengaja membiarkan adanya hate speech di app mereka. Why? Biar orang betah di situ. Instagram dan Yt juga sama, tiktok juga. Dengan dalih engagement. Padahal kalauvideo Yt mu itu didislike orang, justru akan muncul ke permukaan. Dianggap bisa memancing keributan. COba ajah.
Keributan itu muncul kan karena dua belah pihak. Kalau salah satunya ga nanggepin si OK, tapi ada yang sampai ranah polisi diawali dari maksain pihak lain agar memiliki opini yang sama. Terus berantem pribadi, udah ga ngmongin isi konten lagi. Timbul lah pasal hate speech? Apa sih hate speech ini? Bagaimana cara menghadapinya dengan cara Islam tentunya.. Biar ga cuma gedheg, tapi bisa bernilai pahala.
Hate Speech (Ucapan Penghinaan/atau kebencian) adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi seksual,kewarganegaraan, agama, dan lain-lain.
Dalam arti hukum, Hate speech adalah perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku Pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut.
Kalau di ranah hukum, tindakan yang memicu aja udah jadi hate speech loh. Meskipun batasnya juga belum jelas. Nyambung dengan pos sebelumnya tentang Sosmed dan mental health, ketika kita memperoleh like dan komen positif, ada hormon dopamin. Hormon bahagia, karena merasa diterima. Sebaliknya ketika mendapat dislike dan komen hate, maka ada reaksi kimiawi kita merasa ditolak, merasa tidak diterima, merasa terancam. Kalau itu diterus-terusin, bisa memicu stress, kecemasan, depresi, ada juga yang melampiaskannya melalui amarah. Ga terima gitu loh ceritanya gengs.
Niat yang bener ketika bersosmed, ingat bahwa setiap komen akan ada hisabnya. Lalu misalkan kita yang di hate, pasti kan rasanya mak sengkring di hati. Kalau udah terlanjur ngebaca, ya udah ucap ta'awudz biar ga kepancing emosi atau kepancing depresi. Kalau sampai kita ngeliat, eh berarti ada pelajaran yang bisa kita petik. Mungkin itu ujian niat kita. Ujian kesabaran kita, ujian konsistensi kita. Apakah kita istiqomah menyampaikan kebenaran meski banyak orang yang menentang, meski banyak yang ga setuju.
Kadang orang ngedislike, ngehujat, bukan karena konten yang kita share, bahkan mereka belum tentu lihat video kita ampe akhir. Ya ada aja orang yang sebel ama kita sebagai personal. Bisa juga mereka yang insecure, merasa kita menyerang, kesamber. Jadi ga usah terlalu risau. Rasa berharganya kita itu karena Allah, penting di hadapannya Allah gimana. Hasbiyalloh wani'mal wakiil
Serahin aja semua ke Allah. Ingat kan hadits Rasul bahwa Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya. No physical abuse, no verbal abuse.
Kalau mau bales komen ya tinggal bilang, jika engkau benar semoga Allah memaafkanku, jika ada yang benar dariku, semata-mata krn Allah SWT
Keep going dude, i am with you...





0 comments:
Posting Komentar