Permasalahan yang sangat umum terjadi di sebuah perusahaan adalah GAP antara senior dan junior. Gap ini juga sangat nampak akhir-akhir ini di tengah kemajuan teknologi.
“Ah yang senior kolot, lama kerjanya, ribet”, si junior nyeletuk.
“Si anak-anak muda yang katanya punya international exposure ini ternyata tidak punya etika, tidak punya pengalaman berkomunikasi dan memenangkan hati customer”, begitu di sisi senior.
Sebenarnya siapa yang salah sih dalam hal ini?
Beberapa mata kuliah di Jurusan Psikologi Islam yang saya ikuti sempat membahas tentang ini. Jiwa muda apalagi di bawah 30 tahun adalah jiwa-jiwa penuh idealisme tinggi. Mencoba banyak hal baru. Fast moving, fast reaction, less listening, less experience. Ini masa-masa kesempurnaan kecerdasan seseorang. Ya, Piaget mengatakan bahwa Kecerdasan atau ilmu berfikir seseorang menuju kesempurnaan pada usia dewasa muda (young adulthood). Young adulthood menurut Piaget dialami pada kisaran usia 25-40 tahun. Jangan heran ada banyak kasus dimana kecerdasan seseorang semakin matang, ditambah naiknya egosentris diri sendiri.
Merasa lebih baik dibanding orang lain. Menyepelekan, merendahkan orang lain. Itu seperti side effect.
Apakah semua akan mengalamai seperti itu? Tidak juga, karena nyatanya IMAN seseorang bisa lebih kuat mempengaruhi kepribadian seseorang. Rasul bilang dalam hadits bahwa bagaimanapun, orang yang disayangi beliau adalah yang menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua. Ini pelajaran ADAB, yang jauh lebih diutamakan sebelum memulai suatu ilmu. Karena apa? Biar ga keblinger, ngerasa pinter, apalagi sombong terhadap guru guru kita. Masha Allah.
Bagaimana di sisi senior?
Tidak lepas dari hadits tersebut, di usia middle adulthood (40-65), manusia mulai memahami bahwa hidup tidaklah harus sesuai idealisme di masa muda. Ada kalanya rule atau aturan tidak bisa dilaksanakan secara sempurna. Pada tahap ini kita sudah memahami posisi dan sudut pandang orang lain. Setidaknya kita memiliki etika atau empati lebih dari sebelumnya. Dalam pelajaran Psikologi disebut dengan WISDOM atau kebijaksanaan.
Apa sih yang membedakan antara Intellegence (kecerdasan) dan juga Wisdom (kebijaksanaan)?
Gampangnya adalah intellegence mengijinkan manusia untuk menciptakan BOM, wisdom yang mencegah manusia menggunakannya.
Lebih enak lagi kalau kalian sempat menonton film The Intern (2005) dengan tokoh utama Robert de Niro dan Anna Hatheway. Di sana terlihat sekali gap tersebut antara young & old employer. Bagaimana yang senior si Robert de Niro begitu sabar dalam menghadapi si Jules (Anna) yang terlalu mandiri dan kurang bisa berkomunikasi dengan banyak orang. Orientasi hasil dan inovasi tapi miss di beberapa hal kecil dan detail.
Ben (Robert) dengan kebijaksanaannya menjadi orang yang sangat berpengaruh kembali berkat gaya komunikasi yang “ngemong”, tidak terburu-buru. Padahal awalnya tidak diperhatikan oleh Jules sama sekali karena dianggap terlalu ketinggalan zaman.
Pada akhirnya Jules harus mengakui bahwa Ben telah memberikan kenyamanan dan ilmu hidup yang tidak dia dapatkan selama ini. Dari pengalaman Ben sebelumnya sebagai pensiunan PresDir sebuah perusahaan percetakan, dia mampu melihat data dan menganalisa market. Menyajikan hal apa sih yang sebenernya market butuhkan.
Teknologi bisa saja bertumbuh pesat, namun hati manusia tetaplah sama.
Menginginkan kemudahan dan trust. Ilmu komunikasi adalah ilmu yang bisa menyentuh hati dan ini hanya didapat dari pengalaman. Dari banyaknya berinteraksi dengan manusia lain. Tidak hanya on text book.
Yah mirip-mirip kek ilmu berenang atau bersepeda. Mahir di teori, tidak lantas menjadikan ahli di kolam renang atau di jalanan. Harus latihan dan konsisten.
Semoga membantu dalam memandang orang lain, baik yang lebih senior ataupun yang lebih junior.
Yang senior diwajibkan menuntun dengan kasih sayang. Yang junior diwajibkan menghormati agar dapat belajar dari pengalaman para senior. Yang sudah teruji, tidak hanya di teks, tapi juga dalam lapangan kehidupan.
0 comments:
Posting Komentar